Kamu tahu kemiskinan serupa borgol
yang ikatnya menyita seluruh hidupmu juga hidup pelancong
yang tadak sengaja melongok ke dalam matamu.
Anak-anak tidak lagi mengepal harap dan belajar.
Setiap inchi pundaknya tumbuh mata air
yang riaknya dipenuhi nganga tanya dan kecemasan-kecemasan akan esok.
Deras dan memegapkan.
Seserok, dua serok, juga minggu dan bulan
yang kamu angkut bersama batu dan pasir
yang menjadikan setapak bagi kami untuk melongok-longok ke dalam redup matamu.
Matamu, seorang pendongeng tabah yang sesekali ingin membenturkan diri
pada kisah-kisah hebat tentang Sartre dan ide-ide kebebasannya.
Tapi matamu yang lebih sering ingin terpejam itu enggan berakrib dengan waktu.
Waktu adalah repetisi nanar nasib yang setiap detiknya memakui segala umpama.
Kebebasan bagimu merupakan Chanel No.5--parfum mewah
yang aromanya asing dan tidak sampai pada pucuk hidungmu:
seperti kesempatan memilih besok makan apa.
Pekalongan, 30 Juni 2019.
0 comments:
Posting Komentar