Minggu, 11 Oktober 2015

Kita

Jangan baper ngelihat judul Kita pada postingan blog ini (itu sih elo aja, Nu) #ngomongsendirijawabsendiri.
Iya, saya mau ngomongin kita.
Beberapa hari kemarin di antara remang lampu kampus, saya berkumpul bersama orang-orang yang belakangan menjadi mood booster saya. You know who you are, guys! Terima kasih, telah menjadi lemari penyimpan semua sepi dan sendu yang selama ini saya lipat dan pendam sendiri. Dan menjadi orang-orang yang kali pertama membuat saya menumpahkan buncahan ini sampai ke sisi paling gelap dan membuat mata saya bengkak dan suara bergetar. Di antara kalian saya menemukan sosok-sosok mereka yang telah padam, saya menemukan rumah yang lain. Saya akhirnya bisa membagi rindu yang mengakar ini, pada kalian. Terima kasih telah menjadi keranjang lawakan jayus saya tentang luka dan kenangan, yang saya racaukan semata-mata agar perihal-perihal yang menyakitkan kian bias menjadi tawa. Namun, kali ini saya ingin belajar bersepeda sendirian, tanpa bantuan kalian. Saya ingin menjadi gadis kecil yang tidak takut menerjang jalan dan tetap semangat mengayuh pedal meski letih dan kerap terjatuh. Tidak takut terluka. Saya ingin belajar tegar menegakkan kaki. Belajar merelakan yang telah pergi. Saya ingin setiap senyum yang saya pasang bukan hanya di permukaan saja. Saya tidak ingin menjadi gadis kecil yang selalu berkabut dan terjebak dalam labirin luka. Maka dari itu, mula-mula saya belajar mematahkan sendu dengan berusaha bersikap tabah. Jadi, kalau kalian melihat saya yang sedang menangis seperti tempo hari tetapi saya jawab "nggak apa-apa", itu adalah bagian dari ikhtiar saya membenahi diri. Semoga semesta mengamini.

Kalau ada kata yang bisa mengukirkan perasaan bersyukur saya selain terima kasih maka saya akan berikan pada kalian.
Terima kasih,
*peluk dan cium*


2 comments: