Lengan malam kian memeluk punggungku
yang ditumbuhi akar-akar
liar serupa harap penopang hidup.
liar serupa harap penopang hidup.
Senja sudah mati, kataku.
Di tangan gelap, ia terkulai
bersama reruntuhan percaya yang
berusaha kubangun kembali dengan pasir
dan semen kualitas prima.
tak akan lebih kokoh
dari patah hati. "Baiklah, akan
kutambahkan
segerobak memoar untukku
berkaca diri." Yakin, bisa? Ia
setengah mengejek.
"Pelan-pelan..."
Sinis ia kembali bertanya, "dia?"
Aku tersenyum sembari merapal
doa dalam jiwa
terbengkalai.
Jatinegara, 03 Oktober
2015
0 comments:
Posting Komentar